Cerita has posted a new item, 'Saatnya Reformasi Jilid 2, Reformasi Ekonomi'
Orde baru merupakan istilah yang digunakan untuk masa pemerintahan yang
dipegang oleh Soeharto sejak tahun 1966-1998, dimana pada masa itu Korupsi
Kolusi dan Nepotisme (KKN) bukan lagi barang yang haram, melainkan sudah
terbilang sangat wajar, 32 tahun Soeharto membungkam demokrasi dan
menenggelamkan partisipasi masyarakat luas dalam hampir semua sektor kehidupan.
Tahun 1998, mahasiswa dan rakyat bersatu meneriakan reformasi untuk meruntuhkan
rezim yang sudah membuat sengsara, krisis moneter adalah puncak dari akibat
kekuasaan Soeharto yang tidak bisa dibendung lagi, rakyat yang tertindas dan
sengsara ingin segera merdeka dan menikmati masa-masa kebebasan berekspresi,
kebebasan berkumpul dan berserikat yang seperti diamanatkan UUD 45 tidak
dijalankan dengan semestinya.
Lima Belas tahun sudah kita lewati masa reformasi, segala sistem baik politik,
ekonomi dan pemerintahan perlahan-lahan diperbaiki, Sistem Demokrasi yang
disebut-sebut sebagai sistem politik terbaik di dunia saat pelan-pelan
dijalankan di negara kita yang tercinta ini. Terbukti saat ini Indonesia
merupakan negara paling demokratis ketiga diantara negara-negara lain di dunia
ini yang menjalankan sistem politik tersebut.
Beragam kebebasan baik kebebasan pers, berkumpul dan berserikat di era reformasi
dibuka dan terbuka seluas-luasnya di negeri ini. Begitupun beragam kemajuan dan
peningkatan baik disisi ekonomi dan sosial, politik juga mengikutinya. Indonesia
yang dulu hanya bisa melihat kemajuan dan perkembangan negara lain, akhirnya
sekarang ini bisa merasakannya, pertumbuhan ekonomi dibeberapa tahun belakangan
ini menunjukan angka yang positif, bahkan di tahun 2012, tingkat pertumbuhan
ekonomi negara kita menduduki peringkat kedua di dunia setelah China yang
menjadikan Indonesia dilirik oleh banyak negara-negara lain untuk dilakukan
kerjasama.
Namun, meningkatnya pertumbuhan ekonomi tidak membuat rakyat semakin sejahtera
semuanya, masih banyak rakyat yang miskin, bahkan ada yang putus asa hingga
bunuh diri diakibatkan pertumbuhan ekonomi tidak dirasakanya. Saya sangat
tertarik dengan perkataan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa yang
menyerukan tentang reformasi jilid dua, dimana reformasi tersebut difokuskan
pada reformasi ekonomi yang merata dan bisa mensejahterakan rakyat Indonesia.
Kita ketahui bahwa selama ini pertumbuhan ekonomi terpusat di Pulau Jawa,
padahal pulau-pulau di luar Jawa sangat potensial untuk digarap dan dilakukannya
pemerataan ekonomi. Sumber daya alam (SDA) justru melimpah di luar Pulau Jawa,
sepeprti nikel, kelapa sawit, bauksit, gas, tetapi akibat tidak adanya
pembatasan ekspor bahan mentah sehingga mengakibatkan rakyat Indonesia hanya
menjadi kuli dari orang-orang asing yang menggarap lahan tersebut, karena hasil
bumi kita dibawa keluar Indonesia untuk dibikin bahan jadi.
Jadi, sekarang ini bukan lagi reformasi politik yang diperlukan, tetapi seperti
perkataan Hatta Rajasa tentang reformasi disektor ekonomi harus segera dilakukan
merupakan sangat tepat dalam mengisi pembangunan. Gembar-gembor MP3EI yang
digaungkan oleh Menko Perekonomian ini sangat efektif untuk menjangkau
pemerataan perekonomian, dan juga regulasi yang akan diterapkan yaitu pelarangan
ekspor bahan mentah, karena dengan begitu potensi-potensi alam yang dimiliki
negara ini bisa dieksplorasi dan dieksploitasi oleh rakyat kita, sehingga
daerah-daerah yang dieksplorasi tersebut mendapatkan manfaatnya, dan tidak lagi
menjadi kuli seperti yang selama ini terjadi, karena nantinya akan dibangun
pabrik-pabrik pengolahan bahan mentah menjadi bahan jadi.
Jadi, marilah kita serukan reformasi jilid kedua, yaitu reformasi ekonomi,
ekonomi yang lebih berujung kepada pemerataan kesejahteraan rakyat, ekonomi yang
lebih menjanjikan, sehingga tidak ada lagi rakyat yang kelaparan, rakyat yang
putus asa dan bunuh diri akibat terhimpit beban ekonomi. Semoga.
You may view the latest post at
http://cerita.biz/
Best regards,
Cerita
http://cerita.biz
Jumat, 31 Mei 2013
[Cerita] Saatnya Reformasi Jilid 2, Reformasi Ekonomi
Diposting oleh Agheducation2 di 20.13 0 komentar
[Cerita] Mengenang dan Meneladani Perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman (Di Museum Brawijaya Malang)
Cerita has posted a new item, 'Mengenang dan Meneladani Perjuangan Panglima
Besar Jenderal Soedirman (Di Museum Brawijaya Malang)'
Soedirman, dikenal sebagai sosok pejuang tangguh yang berhasil mengorganisir
batalyon PETA menjadi sebuah resimen di Banyumas. Saat mulai terbentuknya
Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Soedirman dipercaya sebagai Panglima Divisi V/
Banyumas dengan pangkat Kolonel.. Setelah konferensi TKR 12 November 1945,
Soedirman terpilih sebagai Panglima Besar (Pangsar) TKR/ Panglima Angkatan
Perang Republik Indonesia. Disaat itulah Pangsar Soedirman dengan pasukannya
menunjukkan baktinya dengan memukul mundur Inggris dari Ambarawa dalam
pertempuran 5 hari yang dikenal sebagai Palagan Ambarawa.
Nampaknya, Belanda tidak rela dengan Proklamasi Kemerdekaan yang sudah
dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta. Maka, 21 Juli 1947 Belanda melancarkan
Agresi Militer Pertama. Pangsar Soedirman tak tinggal diam. Berkumandanglah kata
sandi IBU PERTIWI MEMANGGIL. SIAP MAJU JALAN. Ini merupakan perintah langsung
dari Pangsar Soedirman untuk membalas serangan Belanda. Pangsar Soedirman
berpesan pada seluruh angkatan perang dan laskar-laskar dengan kalimat:
Kemerdekaan yang telah dimiliki dan dipertahankan jangan sekali-kali dilepaskan
dan diserahkan kepada siapapun yang menjajah dan menindas kita, membuat seluruh
pasukan pejuang tak gentar menghadapi lawan. Karena perlawanan yang sengit dari
pihak pejuang Indonesia, maka Belanda mengajukan gencatan senjata. Hasilnya,
cukup pahit bagi para pejuang. Mereka hasrus meninggalkan markas-markas yang
telah dikuasai dan harus hijrah menuju daerah yang disebut sebagai daerah RI
Untuk meneguhkan dan menenangkan pasukan, Pangsar Soedirman berpesan saat
memerikas pasukan di Borobudur dengan mengatakan bahwa Percaya dan Yakinlah,
bahwa kemerdekaan suatu negara yang didirikan di atas timbunan reruntuhan ribuan
jiwa harta benda dari rakyat dan bangsanya, tidak akan dapat dihapuskan oleh
manusia siapapun juga
Lalu untuk menyesuaikan dengan struktur ketentaraan maka, pada tanggal 27
Februari 1948, berdasarkan Penetapan Presiden No. 9/1948, Jenderal Soedirman
ditunjuk sebagai Panglima Besar Angkatan Perang Mobil dengan wakilnya Mayjen
A.H. Nasution.
Perang Gerilya
Dua belas hari setelah memadamkan pemberontakan Madiun, Pangsar Soedirman
akhirnya bisa membuktikan bahwa Belanda memang tidak dapat sepenuhnya dipercaya
seperti yang selama ini beliau katakan pada pemerintah. Tanggal 19 Desember
1948, Belanda melancarkan serangannya ke Ibukota Republik di Jogyakarta dan
daerah-daerah RI lainnya. Pasukan parasut mula-mula menduduki Lapangan Terbang
Maguwo, kemudian bergerak menuju Ibukota. Jogjakarta
Mendengar berita ini, walaupun sakit sehabis operasi paru-paru akibat TBC,
Pangsar Soedirman berangkat ke Istana menghadap Presiden. Pangsar mengajak
Presiden untuk melakukan perjuangan militer di luar kota dengan membentuk
front-front perlawanan. Tapi jawaban presiden di luar dugaan. Presiden meminta
Pangsar kembali ke rumah. Artinya semua pejabat pemerintah termasuk pimpinan
angkatan perang tetap tinggal di kota. Pangsar Soedirman menjawab tidak mau di
dalam kota. Beliau ingin dekat dengan anak buahnya. Karena tempat terbaik adalah
ditengah-tengah anak buah. Saya memutuskan untuk meneruskan gerilya dengan
sekuat tenaga seluruh prajurit, tegas Pangsar Soedirman pada Presiden.
Itulah Pangsar Soedirman. Mati sebagai prajurit merupakan sebuah kehormatan.
Maka Jogjakarta pun ditinggalkan.Beberapa perhiasan istrinya dijual untuk bekal
perjuangan. Dengan pasukannya beliau mulai menelusuri jalan-jalan tikus menuju
Bantul, Wonosari, Pracimantoro, Wonogiri, Ponorogo dan Trenggalek Perjalanan
dengan jalan kaki itu harus melalui medan yang berat. Naik gunung turun gunung.
Masuk hutan keluar hutan. Berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Ini
bukanlah perjalanan yang ringan. Apalagi Pangsar Soedirman sakit keras. Obat
sangat sulit diperoleh. Tak jarang pasukan terpaksa tidak makan apapun selama
beberapa hari. Belum lagi pasukan Belanda yang selalu berusaha menangkapnya.
Seringkali terjadi kontak senjata. Bahkan, pernah di suatu tempat diserang dan
dibom Belanda, padahal kira-kira setengah jam sebelumnya Jenderal Soedirman
masih tinggal di sana.
Semula direncanakan dari Trenggalek, Pangsar mendirikan markas di Kediri. Tapi
oleh Komandan Militer Jawa Timur dikatakan daerha tersebut tidak aman. Pangsar
pun memutari Gunung Wilis, kembali menuju Jawa Tengah. Di daerah Sedayu, Pangsar
hampir tertangkap pasukan Belanda yang sudah mengepung. Alhamdulilah, hujan yang
turun dengan lebat mampu mengecoh Belanda sehingga Pangsar dan pasukannya
selamat.
Dalam perang gerilya, Pangsar terus mengeluarkan perintah-perintah harian untuk
seluruh rakyat dan angkatan perang. Apalagi saat itu Presiden dan Perdana
Menteri sudah ditangkap Belanda. Akhirnya, dari markasnya di SOBO, Lereng Lawu,
Pangsar memerintahkan agar komandan-komandan wilayah mengadakan Serangan Umum di
Jogjakarta untuk menunjukkan eksistensi Republik Indonesia walaupun
pemimpin-pemimpin pemerintahan sudah ditangkap. Akibat Serangan Umum itulah
dunia terhenyak. Ternyata Republik Indonesia masih aksis. Angkatan Perang yang
dipimpin Pangsar Soediman masih mampu menunjukkan tajinya. Akhirnya, dunia pun
menekan Belanda untuk melakukan perundingan.
Kembali Ke Jogja
Begitu Jogjakarta aman, Pangsar Soedirman pun dipanggil pulang oleh Presiden.
Tetap dalam kondisi sakit keras dengan ditandu beliau menuju Jogjakarta. Tanggal
10 Juli 1949, Pangsar dengan pasukannya tiba di Ibukota Yogyakarta Rakyat
berjejer mengelu-elukannya di kiri-kanan jalan. Mereka ingin bertemu langsung
dengan Pangsar yang memilih perang gerilya walau sakit ketimbang istirahat di
tempat tidur.
Tapi, melihat kondisi Pangsar yang lusuh dan lemah, Rakyat maupun Prajurit yang
selama bergerilya dengan beliau terkenal gagah berani, tak kuasa menahan air
mata. Banyak rakyat dan Prajurit yang menangis tersedu-sedu saat menyambut
Pangsar Soedirman di Alun-alun Utara Yogyakarta.
Sungguh perjuangan yang sangat luar biasa dari Pangsar Soedirman dan
pasukannya. Melintas hutan, sungai melewati tak kurang dari 75 kota besar dan
kecil. Menempuh jarak sepanjang 1009 KILOMETER, yang kebanyakan dengan jalan
kaki. Presiden dan Sultan Jogjakarta sangat haru dan kagum atas perjuangan
Pangsar Soedirman. Maka selepas penyambutan, kondisi Pangsar terus meburuk.
Setelah diperiksa ternyata paru-paru yang tinggal satu juga terserang penyakit
parah. Maka Pangsar harus istirahat total di Rumah Sakit.
Namun, karena kondisi Pangsar yang sudah terlanjur parah, maka kian hari kian
bertambah buruk. Maka, Tanggal 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman Panglima
Besar Angkatan Perang Republik Indonesia wafat di Pesanggrahan Militer,
Magelang. Jenazahnya dimakamkan esok harinya di Taman Makam Pahlawan
Kusumanegara Yogyakarta.
Seperangkat alat rumah tangga yang pernah digunakan oleh pangsar Soedirman di
Desa Bajulan Nganjuk, Jawa Timur
Demikian peristiwa heroik yang penulis rekam dari kunjungan di Museum Brawijaya
Malang. Tak heran, jika di depan Museum ini ada Patung Setengah Badan, Pangsar
Jenderal Soedirman, yang ditujukan untuk mengenang dan mengabadikan jasa-jasa
Pangsar Soedirman yang dalam keadaan sakit parah , tetap setia berjuang bersama
anak buahnya dengan bergerilya. Tidak untuk mencari harta, kedudukan atau
pangkat tapi untuk menegakkan Sang Merah Putih agar tetap berkibar di Bumi
Pertiwi.
Halaman depan Museum Brawijaya (dok pribadi)
You may view the latest post at
http://cerita.biz/
Best regards,
Cerita
http://cerita.biz
Diposting oleh Agheducation2 di 14.11 0 komentar
Kunjungi Jabar Job Fair 4 - 5 Juni 2013
|
Untuk berhenti langganan email, log in ke akun Anda di karir.com, pilih menu “Akun Saya”. Di bagian “Langganan Saya”, hapus centang pada pilihan langganan yang Anda tidak inginkan. |
|